Kamu tahu titik paling sulit
memaafkan? Memaafkan keadaan yang mulanya terasa baik baik-baik saja tanpa
masalah apapun tetapi kamu membuatnya hancur begitu saja. Untuk hari itu, aku
ingin sekali rasanya melupakan segalanya. Namun kepalaku memang keras kepala
terus ingin menyimpan ingatan tersebut. Kalau kamu tanya apa aku cemburu kepada
wanita-wanita tersebut, tentu tidak. Aku bukan cemburu, aku hanya teritorial. Cemburu
itu iri pada sesuatu yang dimiliki orang lain, teritorial berarti menjaga apa
yang sudah menjadi milikku.
Aku benci ketika harus tahu
tatapanmu kepada wanita lain selain aku saat itu. Bagaimana mungkin kamu
menatap wanita lain dengan tatapan semanis itu, sedangkan aku bahkan tidak
pernah kamu tatap dengan sebegitunya.
Setiap kali mengingat hal
tersebut, aku benci. Benci kepada diriku sendiri, kepada ingatan dalam kepalaku
yang membuatku membencimu juga. Kamu tahu? Kebohongan semanis apapun akan
terasa menyakitkan saat kebohongan tersebut terungkap. Aku terus menyalahkan
diriku sendiri hari itu hingga saat ini, bercermin tentang kesalahan apa yang
aku lakukan hingga kamu sebegitunya. Tetapi semua jadi lebih menyakitkan saat
tahu aku bahkan sangat berhati-hati dalam setiap gerakku untuk menjaga hatimu.
Ah semuanya tak ada artinya
lagi untuk saat ini. Hari ini detik ini, aku memilih berhenti. Maaf aku rasa
aku hanya manusia biasa yang ada kalanya lelah dan harus berhenti dalam sebuah
perjuangan.
Tuhan maha baik menjauhkan
sesuatu yang buruk. Bukan kamu tetapi aku yang belum cukup baik untukmu. Semoga
selalu dalam keadaan baik-baik saja tanpaku. Semoga senjamu lebih indah. Bersama
seseorang yang lebih baik dariku .