Jogja, adalah tempat dimana aku
selalu ingin kembali datang dan mengulang lagi rasanya jatuh cinta. Tapi
penghianatan membuatku menaruh kecewa terhadapnya. Aku selalu ingin kembali
kepadanya (kemarin) sampai akhirnya aku tidak akan lagi datang kepadanya, entah
sampai kapan.
Aku kembali mengingat beberapa
tentang kita di Jogja. Pagi, kamu yang menjemputku ke rumah membuka kembali tas
dan segala persiapanku karena kamu tahu aku pelupa. Mengulurkan helmku dan
memandangiku yang sibuk dengan bawaan dan rambut sebahuku, lalu kamu tertawa kecil. Menarik tanganku
untuk masuk dalam saku hoodiemu karena panas yang bukan main, melirikku dari
spion dan tersenyum seakan menggodaku. Genggaman tangan sepanjang Malioboro
yang sebisa mungkin tidak ingin kau lepas, katamu aku mudah hilang jika kau
lepas haha menggemaskan sekali. Pukul 2 dini hari yang panik dan tersadar harus
segera pergi tidur untuk esok hari. Pukul 4 pagi, kamu yang terus menggodaku
untuk bangun dan pergi mandi karena aku yang tidak mau membuka mataku yang baru
tertidur 2jam lalu. Kamu yang packing semua bawaanku dan memastikan tak ada
yang tertinggal, lagi lagi dengan alasan karena aku yang pelupa. Laut Gunung
Kidul yang pengunjungnya hanya ada kita berdua. Ombak besar dan langit gelap
yang tak membuat kita takut untuk mencoba perahu dan keliling 5 pantainya,
walaupun 30 menit itu tanganku tak pernah kau lepas sama sekali dan kau
menggodaku untuk tenang karena semua akan baik baik saja padahal kamu terlihat
lebih panik daripada aku waktu itu. Indomie goreng susu jahe dan senja di
Paralayang, dan setiap hembusan angin yang yang berhasil mengacak rambutku
mambuatmu kerepotan dan memakaikan topi ke kepalaku. Dan ribuan kenangan lain
di titik dan jalanan Yogyakarta yang aku rasa tak akan cukup waktu untuk aku
menceritakanya.
Aku pernah seberharap itu pada
Jogja. Berharap untuk keberapa kali pun aku akan kembali kepadanya bersamamu ,
kembali jatuh cinta lagi seperti biasanya. Sampai akhirnya aku patah dengan
harapanku tersebut.
Apakah genggamanku terlalu
longgar? Apakah telingaku tak cukup mendengar? Hingga mungkin perasaanmu hari
itu tiba-tiba pudar?
Untuk Yogyakarta, kau tetap
kota paling mengesankan dengan jutaan kenangan. Meskipun kini aku tengah kecewa
dengannya dan enggan untuk kembali padamu. Tunggu, aku pasti akan kembali
datang dan berkunjung untuk sebuah kisah baru.