Ketika sepasang lengan yang memeluk erat tak mampu lagi
untuk meraih tenang dalam sebuah tengkar. Apa kita masih bisa disebut dengan
cinta?
Ketika bibir yang saling berpagut tak mampu lagi
menghanyutkan kita dalam suasana panas ego masing-masing, apakah masih sanggup
kau mengecap aku dan kau sebagai ‘kita’?
Ketika hari yang dulu kita hiasi dengan sebuah tawa kini
berubah menjadi teriakan amarah dan alir sebuah air mata. Apa sebenarnya kita?
Ketika dua pasang mata yang sering menatap senja berdua kini
menjadi dua pasang mata merah yang sendu, untuk apa kau pertahankan kita?
Ketika kau dan aku yang kau sebut ‘kita’ tak mampu lagi
untuk bersama inilah akhir dari semua perjalanan kita?
Tak perlu lagi ada sebuah paksa dalam runtutan cerita yang
kita cipta. Berhenti untuk memaksa mengada perasaan perasaan yang kini telah
sirna.
Ketika tulisan ini menjadi akhir dari kita, kutitip sebuah
kata untukmu: terimakasih
cinta.
Dariku yang kalah dan menyerah.