Minggu, 17 Mei 2020

Yogyakarta

Jogja, adalah tempat dimana aku selalu ingin kembali datang dan mengulang lagi rasanya jatuh cinta. Tapi penghianatan membuatku menaruh kecewa terhadapnya. Aku selalu ingin kembali kepadanya (kemarin) sampai akhirnya aku tidak akan lagi datang kepadanya, entah sampai kapan.

Aku kembali mengingat beberapa tentang kita di Jogja. Pagi, kamu yang menjemputku ke rumah membuka kembali tas dan segala persiapanku karena kamu tahu aku pelupa. Mengulurkan helmku dan memandangiku yang sibuk dengan bawaan dan rambut sebahuku,  lalu kamu tertawa kecil. Menarik tanganku untuk masuk dalam saku hoodiemu karena panas yang bukan main, melirikku dari spion dan tersenyum seakan menggodaku. Genggaman tangan sepanjang Malioboro yang sebisa mungkin tidak ingin kau lepas, katamu aku mudah hilang jika kau lepas haha menggemaskan sekali. Pukul 2 dini hari yang panik dan tersadar harus segera pergi tidur untuk esok hari. Pukul 4 pagi, kamu yang terus menggodaku untuk bangun dan pergi mandi karena aku yang tidak mau membuka mataku yang baru tertidur 2jam lalu. Kamu yang packing semua bawaanku dan memastikan tak ada yang tertinggal, lagi lagi dengan alasan karena aku yang pelupa. Laut Gunung Kidul yang pengunjungnya hanya ada kita berdua. Ombak besar dan langit gelap yang tak membuat kita takut untuk mencoba perahu dan keliling 5 pantainya, walaupun 30 menit itu tanganku tak pernah kau lepas sama sekali dan kau menggodaku untuk tenang karena semua akan baik baik saja padahal kamu terlihat lebih panik daripada aku waktu itu. Indomie goreng susu jahe dan senja di Paralayang, dan setiap hembusan angin yang yang berhasil mengacak rambutku mambuatmu kerepotan dan memakaikan topi ke kepalaku. Dan ribuan kenangan lain di titik dan jalanan Yogyakarta yang aku rasa tak akan cukup waktu untuk aku menceritakanya.

Aku pernah seberharap itu pada Jogja. Berharap untuk keberapa kali pun aku akan kembali kepadanya bersamamu , kembali jatuh cinta lagi seperti biasanya. Sampai akhirnya aku patah dengan harapanku tersebut.
Apakah genggamanku terlalu longgar? Apakah telingaku tak cukup mendengar? Hingga mungkin perasaanmu hari itu tiba-tiba pudar?

Untuk Yogyakarta, kau tetap kota paling mengesankan dengan jutaan kenangan. Meskipun kini aku tengah kecewa dengannya dan enggan untuk kembali padamu. Tunggu, aku pasti akan kembali datang dan berkunjung untuk sebuah kisah baru.

Sabtu, 07 Maret 2020

Mungkin ini ikhlas

Untuk semua janji yang teringkari, aku tak apa. Untuk semua rencana yang belum terwujud, aku tak apa. Untuk kebohongan yang belum kamu utarakan, bolehkah aku ingin kejujuranmu? Untuk banyak hal yang masih kau tutupi, bolehkah aku melihatnya?

Sejak beberapa tahun kita bersama pasti kamu tahu tentang aku yang akan tetap mencintai kamu yang jujur untuk kebenaran apapun. Meskipun sebuah kejujuran jika nyatanya kamu tidak lagi mencintaiku. Demi apapun aku dihantui oleh bayangan-bayangan ketakutan, takut jika nyatanya kamu sudah tidak lagi cinta, namun tetap bertahan disisiku karena banyaknya alasan.

Lelakiku, aku mencintaimu meskipun kamu tidak lagi mencintaiku. Aku akan paham jika nyatanya kamu akan memilih perempuan yang lebih baik dari aku yang seperti ini. Apapun keputusan darimu aku menerimanya, karena aku mencintaimu dalam sudut mana pun. Tidak perlu takut untuk aku yang akan patah dan hancur karena sakit hati. Aku lebih hancur dan patah jika nyatanya kamu yang patah.

Untuk perempuan lain disisimu itu, aku mengetahuinya. Bahkan saat kamu masih yakin aku buta akan dia. Kamu tahu bukan selain ibumu, akulah perempuan yang sadar saat pertama kali kamu menyembunyikan suatu hal. Dia cantik, sangat cantik aku yakin dia baik. Semoga dia tidak mengecewakanmu sama sekali. Semoga dia mencintai ibumu seperti kamu yang sangat mencintaimu ibumu. Semoga dia bisa bercanda bersama ayahmu seperti ayahmu yang biasa menggodaku.

Ini untuk pertamanya aku tidak menanti kamu pulang. Ini pertama kalinya aku melihatmu bermain higgga jauh. Dan aku tidak punya kekuatan yang sama denganmu yang biasa menuntun saat salah satu dari kita lupa jalan pulang. Maaf untuk aku yang gagal. Aku yakin kamu akan punya rumah yang jauh lebih indah dan nyaman dengan orang baik sepertinya. Doa terbaik untuk kamu, lelakiku.


Maret yang patah

Jumat, 06 Maret 2020

Untuk ibumu

Bu,,
Putramu bermain sangat jauh kali ini
Hingga aku tak mampu menggapainya lagi
Aku benar-benar tak paham untuk alasannya kali ini
Apa memang benar kau memintaku pergi?
Bu,,
Aku minta maaf untuk aku yang lupa tentang kata sadar
Tapi apakah yang diucap putramu itu benar?
Haruskah dengan meninggalkan hatiku dengan memar?
Bu,,
Aku benar benar tak masalah untuk alasannya padaku
Untuk sebagai wujud baktinya padamu
Tapi bolehkah aku tetap mencintaimu selayaknya ibuku?

Maret 2020


Sabtu, 11 Januari 2020

Senjaku membawa ingatan tentangmu untuk menuliskan ini



Untuk senja kali ini tepi laut terasa sangat menenangkan dengan suara burung, deburan ombak dan lalu lalang orang-orang yang bergegas pulang karena langit tak bersahabat. Ingatanku kembali ke beberapa tahun lalu, disini tepat di titik ini. Kamu yang sedang meracau kepadaku karena aku terlalu sibuk di minggu itu, katamu aku hanya menyisakan sedikit waktuku untukmu hahahaha lucu sekali mimik wajahmu kala itu. Rasanya seandainya bisa ingin ku habiskan sisa minggu itu hingga pagi hanya untuk menemanimu, kau kira hanya kau yang rindu? Haha yang benar saja, aku lebih merinduimu!

Senja kali ini matahari sama sekali tak menampakkan wajahnya, sendu. Entah mengapa aku menikmatinya. Membayangkan dan bertanya kepada kepalaku sendiri ‘siapa yang sebenarnya pergi disini?’
Lalu kembali mengkhawatirkanmu seperti biasanya,

‘bagaimana harimu? Bagaimana pekerjaanmu minggu minggu ini? Orang yang tak kau sukai sudah tidak ada kan?’

‘bagaimana keadaanmu? Cuaca sedang tak bersahabat semoga kamu selalu ingat pesanku untuk persediaan obat dan pergi ke dokter sebelum terlalu parah seperti biasanya’

‘jangan peduli perut gendutmu itu sehingga kamu tidak makan malam, kamu tetap butuh makan sepulang kerjamu. Aku adukan ibumu kalau kau tidak makan malam. Hahaha’

Ah sudahlah. Bukan waktuku untuk memikirkan hal ini sekarang. Tugasku sudah selesai, waktuku hanya telah habis untuk menemanimu. Untuk siapapun yang menemanimu saat ini aku yakin dia jauh lebih baik dan sempurna. Jauh lebih memahami dan tidak manja sepertiku kan. Aku yakin kau tak akan salah pilih dalam memilih orang yang akan menemanimu hingga tua nanti.
Selamat ya. Aku selalu mendoakanmu.