Sabtu, 05 Desember 2015

Aku Kalah



Dalam pagi mendung dan secangkir kopi panas ini tak lebih pahit dari rasa sakit yang wanitamu punya. Gelap dari mendung dipagi ini tak lebih gelap dari lingkar mata yang menghitam, sebab semalaman ia menangis tersedu memikirkan lelaki yang begitu ia sayangi. Wanitamu ini kalah. Ia sekarat sebab kelakuanmu yang bangsat. Tunggulah beberapa jengkal waktu lagi ia akan mati bersama dengan rasa sakit yang telah kau cipta.


Tuan, ini titik lelah dari wanita yang mencintaimu dengan tabah.
Memutuskan melangkahkan kakinya sebab akhirnya ia kalah
Ia sadar didadanya masih dipenuhi dengan lembutnya cinta
Namun ia sadar bagimu ia tak pernah berharga

Oh tuan, ego-egomu mengalahkan kukuhnya pertahananku
Kini samar dan akhirnya lenyap sudah cinta yang awalnya menggebu
Wanitamu ini akhirnya melangkah pergi walau tau ia tak utuh kembali
Berharap akan ada orang baru yang mengajarkannya cara mencintai(lagi)

Aku kalah tuan…
Aku pergi dengan segala patah hati yang kuemban
Melangkah menyeret setiap langkah kakiku dengan lamban
Tak kulupakan membawa sepotong jantungku yg penuh dengan perban

Oh tuanku sayang…
Bahagialah, temukan cinta dari wanita barumu tanpa bimbang
Aku wanitamu yang tabah namun lelah dan akhirnya kalah
Aku menyerah.



Dariku yang gagal memilikimu..

Sabtu, 26 September 2015

Hal yang ada dikepalamu bahkan tak pernah terfikirkan dalam kepalaku




Satu-satunya alasan mengapa hingga sejauh ini aku masih tetap bersedia melangkah bersamamu adalah karena kamu masih menjadi satu-satunya lelaki yang aku cintai. Kamu masih menjadi sebuah impian dalam mimpi mimpi didalam tidurku setiap petang. Kamu tetaplah seseorang yang membuatku teduh atas segala gundah dan gusarku. Dan kamu adalah satu satunya seseorang yang setia berlalu lalang dalam kepala dan dadaku.


Aku menyedihkan setiap hal hal yang kau fikirkan dalam kepalamu. Hal hal yang selalu kau tuduhkan kepada diriku. Kau hanya perlu mengerti hal hal yang kau takutkan itu bahkan tak pernah barang sedetikpun melintas dalam pikiranku. Aku masih tetap disini sayang. Aku masih menjaga kepercayaan yang kau tanamkan kepadaku, karena aku mencintaimu hingga hari ini mungkin esok dan seterusnya aku masih akan tetap mencintaimu seperti ini.



Kemarilah mendekatlah kepadaku sayang. Kita hanya perlu waktu berdua. berbicara dengan nada rendah dan tak lupa menyertakan segala perasaan yang tumbuh didada kita, tak perlu mengikutsertakan ego kita masing masing. Berbicarah tentang apa apa saja yang ada didada dan kepalamu, akan kujawab dan kuakhiri dengan peluk serta kecupan untukkmu kasih. Aku mencintaimu.


Kamis, 17 September 2015

Semoga rinduku ini hanya sebuah kecemasan yang tidak akan menjadi pilu.



Semilir angin sore pinggir laut menerpa wajahku menerbangkan rambut sebahuku yang acak-acakan tak karuan. Aku masih duduk termenung menghadap segelas jus jeruk diatas sebuah meja bundar lengkap dengan sebuah kursi kosong yang pasangannya kududuki kini. Dipinggiran laut yang nampaknya langitnya mulai meredup ini. Tiba-tiba hmmm bau apa ini sebuah  aroma parfum yang nampak tak asing menyeruak kedalam penciumanku. Sontak ada sebuah nama yang langsung merasuk dalam kepalaku. Dia. 

Kepalaku kuarahkan kesana kemari mengamati setiap sudut pinggir laut ini. Dimana dia? Apa benar-benar dia ada disini. Atau hanya manusia asing lain namun beraroma sama? Atau hanya imajinasiku yang melayang begitu tinggi? Ah tak ada siapapun. Pantai ini sudah sepi hanya tersisa aku, penjaga pantai dan seorang entah siapa yang pasti aku sering melihatnya berada disini nampaknya dia tinggal disini mungkin menemani penjaga pantai ini atau apa aku tak peduli. 

Aku tak ambil pusing ketika disisiku sudah tak ada pengunjung lain. Aku tak peduli ketika aku harus duduk sendirian menatap sebuah meja bundar dan bangku kosong didepanku ini. Aku hanya ingin melihat senja sore ini merekam tiap detik lambaian mesra sang matahari kepada setiap penikmat senja. Ahh aku merindukanya lagi. Aku merindukan tatapan mata sipitnya lagi. Merindukan tiap tingkah konyol yang sering dia lakukan itu. Dasar bodoh. Laki-laki gila. Namun kurasa lebih bodoh diriku karena aku sangat mencintainya. Dan aku menggilainya jauh lebih dalam dari tingkah gilanya. 

Ini hanya dua hari tidak bertemu dengannya namun rindu telah menusuk dengan angkuhnya kedalam dada dan kepalaku. ‘ah dasar lebay’ aku mengatai diriku sendiri. Mencaci isi hati dan kepala yang tidak bosannya menyibukkan dia sebagai seseorang benar-benar sibuk mengusik tiap detik waktuku. Namun kali ini bukan hanya mata sipit tingkah laku dan kegilaannya yang kurindukan. Ada hal lain yang benar-benar kurindukan  dengan sangat. Sesuatu yang hilang darinya. Sesuatu yang nampak terasa berbeda dengannya sekarang tepatnya mungkin dengan kami berdua. Ada jarak yang terasa diantara kami padahal dekat. Ada sekat yang menghadang kami padahal bertatap. Entah apa ini. Apakah ada hati lain yang kini tumbuh diatas dadamu? Adakah perempuan lain yang membuatmu merasa teduh ketika matamu menatap matanya? Adakah keindahan lain yang membuatmu terpukau sehingga perasaan-perasaan kita menjadi berbeda? Jelaskan padaku. Mendekatlah. Berbisiklah disamping telingaku katakan setiap detil-detil apa saja yang sebenarnya bisa kita selesaikan dengan baik-baik. Aku akan memahaminya dengan tersenyum karena tak ada alasan untuk marah dan benci kepadamu karena aku begitu dalam mencintaimu. Jikapun prasangka-prasangka yang kuungkapkan ini adalah sebuah kesalahan pahamilah ini hanyalah ketakutanku akan kehilanganmu. Ini hanyalah kecemasan seorang wanita yang begitu dalam menyayangimu.

Sssrrrrkkkkkk….
Sebuah tangan menyentuh pundakku pelan membuyarkan lamunanku akan seseorang yang kurindukan itu.
“mbak udah gelap, pulang mbak. Nanti dicariin sama orangtuanya loh” ucap seorang penjaga pantai yang telah membuyarkan lamunanku itu. Hari sudah benar benar gelap, ah sepertinya tanpa kusadari aku melamun terlalu lama. Memikirkan rindu yang mengusikku beberapa hari belakangan ini. Kuangkat tas hitamku sembari  terburu-buru untuk pergi karena langit sudah benar-benar kehabisan tenaga untuk menerangiku melamun memikirkan dia.
“mbak jus nya nggak diminum?” teriak penjaga pantai tadi yang tanpa permisi kutinggalkan begitu saja. “nggak pak jus nya pahit terkenang rindu dan kecemasan-kecemasan saya” jawabku dengan sedikit melempar senyum pada penjaga pantai itu.


Senja hari ini, dalam rindu dan kecemasanku.

Kamis, 21 Mei 2015

Bicara sok manisku yang munafik

Andai kamu tahu melepaskan hal yang hampir tergenggam bukanlah hal yang mudah, dan takkan pernah menjadi mudah. Kamu tak akan paham usahaku untuk melepaskan dan melupakanmu kini hanya menjadi sebuah usaha sia-sia, iya aku tidak mampu. Cinta yang seharusnya ku ingini untuk pudar kini semakin menjadi sejadi jadinya. Aku makin mencintaimu. Aku tak ingin kehilanganmu, entah sebagai apapun aku tak peduli. Aku hanya ingin bersamamu, disisimu. Menjadi kesayanganmu. Aku tak paham dengan diriku saat ini. Aku egois. Tak peduli dengan apapun, siapapun yang kutahu saat ini aku begitu menggilaimu. Aku begitu mencintaimu. Menyanyangimu.


Kau takkan paham tentang semua bicara sok manis tapi munafik yang sering aku lontarkan. Kamu juga tidak akan pernah tahu bahwa aku seorang wanita munafik yang senang membohongi diriku sendiri. Aku yang selalu berpura baik-baik dengan semua perasaan-perasaan yang kini semakin menusuk dalam dadaku ini. Aku yang bersandiwara tak ingin menggapaimu. Sebenarnya aku terluka dengan semua kebohongan yang kulakukan kepada hatiku ini. Tak jarang kepala dan dadaku bertengkar saling tikam. Menyuruhku untuk tak membohongi hatiku sendiri. Namun apa dayaku, aku hanya wanita lemah yang mencintaimu. Memilih diam tanpa sepatah katapun. Memiih berbohong membiarkanmu tetap bersamanya.


Mungkin kamu beranggapan hanya kamu saja yang terluka disini. Namun tanpa kamu tahu luka dalam dadaku ini tumbuh tak terkira rimbunnya. Sayatan demi sayatan menggores tiap sisi hatiku, aku menikmati rasa sakit ini. Aku mulai menyukai setiap tetesan-tetesan air mata yang mulai jatuh untukmu. Aku sadar aku mencintaimu dengan dalam, tanpa dusta. Sekali lagi kuyakinkan bahwa aku mencintaimu~

Selasa, 19 Mei 2015

Mungkin cukup sebagai teman baik


Aku tidak pergi kesekolah hari ini hanya karena tidak ingin melihat mata sipit itu. Pikirku begitu.Ternyata salah. Dirumah malah membuat kepalaku tak henti-hentinya memikirkanmu. Sedetikpun wajahmu tidak hilang dari kepalaku. Kau masih saja pengisi dada yang setia. Yang masih setia mengisi penuh setiap ruang hampa dalam hati ini.


Tatapan mata sipit yang sedikit menjengkelkan. Sikap konyol yang selalu kau lakukan. Bicara ngawur yang terlalu jujur kau ucapkan kepadaku tentang semua persaanmu kepadaku. Semuanya, aku menyukai semua yang kau lakukan. Aku senang ketika kau mendekati telingaku memanggilku kemudian berbisik i love you. Itu tak akan terlupakan. Kamu konyol. Aku cinta!


Aku bingung aku bimbang aku malas dengan semua permasalahan kita saat ini. Mengapa harus ada perasaan seperti ini tumbuh diantara kita. Ada yang terluka dengan semua yang kita lakukan bersama. Ada yang menangis dalam diamnya. Dia seorang gadis kecil yang tegar menurutku. Aku tak akan tega untuk melukainya lagi. Cukup, tak perlu lagi kita melukainya. Berjanjilah buat dia bahagia seperti kau yang selalu mebawakan segenggam bahagia kepadaku.


Tentang semua perasaan yang tumbuh diantara kita lupakanlah. Kuburlah sedalam-dalamnya. Meski sulit meski takkan mudah marilah kita coba bersama. Tentang kita yang pernah bermimpi memiliki sebuah atap bersama lupakanlah saja. Meski kita hidup dalam rumah yang berbeda kita masih dapat berkunjung suatu saat nanti sebagai teman baik.