Selasa, 19 Mei 2015

Mungkin cukup sebagai teman baik


Aku tidak pergi kesekolah hari ini hanya karena tidak ingin melihat mata sipit itu. Pikirku begitu.Ternyata salah. Dirumah malah membuat kepalaku tak henti-hentinya memikirkanmu. Sedetikpun wajahmu tidak hilang dari kepalaku. Kau masih saja pengisi dada yang setia. Yang masih setia mengisi penuh setiap ruang hampa dalam hati ini.


Tatapan mata sipit yang sedikit menjengkelkan. Sikap konyol yang selalu kau lakukan. Bicara ngawur yang terlalu jujur kau ucapkan kepadaku tentang semua persaanmu kepadaku. Semuanya, aku menyukai semua yang kau lakukan. Aku senang ketika kau mendekati telingaku memanggilku kemudian berbisik i love you. Itu tak akan terlupakan. Kamu konyol. Aku cinta!


Aku bingung aku bimbang aku malas dengan semua permasalahan kita saat ini. Mengapa harus ada perasaan seperti ini tumbuh diantara kita. Ada yang terluka dengan semua yang kita lakukan bersama. Ada yang menangis dalam diamnya. Dia seorang gadis kecil yang tegar menurutku. Aku tak akan tega untuk melukainya lagi. Cukup, tak perlu lagi kita melukainya. Berjanjilah buat dia bahagia seperti kau yang selalu mebawakan segenggam bahagia kepadaku.


Tentang semua perasaan yang tumbuh diantara kita lupakanlah. Kuburlah sedalam-dalamnya. Meski sulit meski takkan mudah marilah kita coba bersama. Tentang kita yang pernah bermimpi memiliki sebuah atap bersama lupakanlah saja. Meski kita hidup dalam rumah yang berbeda kita masih dapat berkunjung suatu saat nanti sebagai teman baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar